Pura Lingsar
Pura Lingsar, Ini mungkin satu-satunya tempat suci Hindu di dunia dimana baik Hindu dan Muslim datang untuk melakukan ritual.
Kerukunan antar umat beragama nampak di Lombok, umat Islam dan Hindu
hidup berdampingan. Bahkan di Pura Lingsar, Umat Hindu dan Islam
mengelola dan beribadah disana bersama-sama.
Dibangun
pada tahun 1714 dan dibangun kembali pada tahun 1878 untuk melambangkan
keselarasan dan kesatuan antara Hindu Bali dan Muslim Sasak penduduk
daerah, terutama mereka yang mematuhi unik Lombok Wektu Telu sekolah
Islam. Candi ini dibangun pada daerah dataran tinggi, di belakang bagian
kompleks.
Pada musim peziarah dilakukan pertempuran tiruan antara Hindu dan Islam, kedua belah pihak melemparkan kue beras satu sama lain
Lokasinya Sekitar 7 kilometer sebelah barat Narmada.
sekitar 15 km dari pusat Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat itu dibangun
pada masa jayanya kerajaan Karangasem Sasak sekitar tahun 1759. Pura ini
dibangun oleh Anak Agung Ngurah yang memerintah Lombok bagian barat
saat itu.
Di kawasan pura itu terdapat empat bangunan pokok, yaitu Pura Gaduh,
Kemaliq, Pesiraman dan pesimpangan Bhatara Bagus Balian, serta Lingsar
Wulon.
Ketiga bangunan Gaduh, Kemaliq dan Bhatara Bagus Balian hanya
dibatasi dengan tembok besar. Saat pujawali berlangsung, upacara
dilaksanakan secara serentak. Pujawali adalah upacara pemujaan kelahiran
Ida Bhatara yang dilakukan umat Hindu di pura itu.
Selain
digunakan umat Hindu untuk beribadah, Suku Sasak yang menganut Islam
juga menggunakan Kemaliq yang berada di dalam area pura sebagai tempat
ibadah juga. Bahkan secara rutin diadakan doa bersama dari berbagai
pemeluk agama yang ada di Lombok.
Untuk menjaga kedamaian, dalam di sekitar tempat itu dilarang memakan
atau menyembelih binatang-binatang yang dianggap suci oleh
masing-masing agama. Bahkan dalam radius 2 km dari Pura Lingsar, sapi
yang dianggap suci oleh umat hindu dilarang berkeliaran.
Ketika masuk ke dalam kawasan, pengunjung disarankan untuk memakai
selendang yang diikatkan pada pinggang. Selandang ini dipakai untuk
menghormati tempat ini yang dianggap suci oleh uimat Hindu dan Islam
Setelah mengenakan selendang kain berwarna kuning, barulah bisa memasuki tempat berdoa .
Di samping tempat berdoa itu ada sebuah kolam kecil. Airnya jernih dan
tidak pernah kering. Bahkan kedalaman kolam itu selalu tetap setiap
saat. Di kolam itu terdapat ikan tuna besar yang panjangnya mencapai
satu meter.
Pengunjung kolam itu akan berusaha memacing agar ikan tuna itu muncul. artinya Anda sangat beruntung
Di kolam itu juga, ada ritual melempar uang logam ke kolam sambil membalikan badan dan berdoa.
Konon, tempat itu dibangun sebagai lambang persatuan. Karena itulah,
tak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam komplek pura yang luas
itu. Umat Hindu dan Suku sasak yang beragama Islam secara rukun merawat
pura itu secara bersama-sama.
Siapa saja yang mempercayai dan ingin ”berhubungan” dengan Tuhan di
tempat itu, tak pernah dipermasalahkan, sepanjang mentaati aturan di
pura tersebut. Karena itulah, Pura Lingsar perwujudan sikap toleran dari
penduduk yang beragam suku, agama dan ras, dan sekaligus menjadi simbol
pemersatu umat di Pulau Lombok.
Simbol toleransi, juga dilambangkan dengan aturan tak tertulis, bahwa
siapa saja yang datang ke tempat suci itu, tak diperkenankan
menghaturkan sesaji dari babi dan sapi. Babi haram bagi umat Isalam, dan
sapi dianggap suci oleh umat Hindu.
Salahsatu upacara di Pura Lingsar yang dilakukan bersama oleh umat
Hindu dan Suku Sasak yang beraga Islam adalah Pujawali. Setiap
purnamaning sasih kanem–menurut hitungan panangggalan Bali atau sekitar
bulan Desember, upacara pujawali diselenggarakan. ….selengkapnya baca
Upacara Pujawali di Pura Lingsar
Read More ->>